Kamis, 23 Januari 2014

Tentang Kilas Balik Konser "Komunitas tiada matinya"

Lembar Kilas Balik "Makassar 2014
Jumat,Januari 2014 Makassar
"Berkesenian memang tidak ada matinya"
Berbagai kesibukan dalam rangka mencari beberapa yang hilang dalam hidup, mesti dicari. Tapi jangan melupakan apa yang telah  terbangun dan menjadi pondasi berpikir. Dulunya semasa mahasiswa, kami sangat disibukkan menerjemahkan ide-ide kritis melalui media seni. Ada yang membuat puisi, lagu, teater hingga melukis di kanvas. Untuk ini seni pun semakin berkembang, dan seketika melahirkan beberapa pandangan. Seni memang untuk meraih kepuasan seseorang yang mengalaminya. Dan sangat subjektif, jika dipikir lagi lebih dalam. Namun sesungguhnya, kesenian dapat meraih beberapa tujuan-tujuan bersama, melahirkan dan memicu beberapa penyeleseian masalah.
Bayangkan saja jika kemudian beberapa peristiwa di tengah masyarakat, kritiknya disampaiakan melalui media seni. Keindahan memang sangat luas untuk dibcarakan. Ada beberapa kejadian dari kami sebagai komunitas, yang menjadi inspirasi dalam beberapa karya. Seorang iqbal adam dk pernah membuat lagu ang berjudul AMARAH, berlatar belakang peristiwa protes mahasiswa kepada pemerinta tentang beberapa kebijakan tentang naiknya harga BBM. Lalu terjadilah setting politik dalam kampus, yang akan memicu kepekaan kita dan daya kritis bersama. Karena itulah ada yang membahasakan kegelisahannya dalam beberapa bait dan nada. 
Tapi itu dahulu ketika masa belum terlalu mengikat kami dengan beberapa tuntutannya. Seperti misalnya, mencari pekerjaan untuk bekal berkeluarga. Hingga beberapa dari kami, kemudian memutuskan untuk berpisah tempat untuk sementara. Tak pernah kemudian terpikr bagaimana caranya bisa bertemu kembali, dan dalam keadaan bagaimana. Hingga pada suatu waktu, dunia internet dan  media social lahir sebagai konsep yang akan mewakili masalah kami akan jarak. Lewat udara kami akhirnya menjalin diskusi dan saling berbagi. Hingga kerinduan akan bertemu dan berekspresi memaksa kami meluangkan pikiran dan waktu sejenak. Mengadakan konser yang lalu kemudian dinamakan KILAS BALIK pada sekitar tahun 2009. 
Beberapa dari teman-teman dalam segala angkatan, memang menetap di luar kota makassar. Contohnya saja Iqbal Adam, beliau memilih menetap di tangerang dan mengambil profesi lain. Tapi tiada hentinya, hasrat berkesenian, kebiasaan membuat syair dan lagu, senantiasa mengusik hari-hari penat bekerja. Kami yang tetap tinggal di makassar, mengusulkan untuk saling berkirim materi-materi ide. DAn jadilah sebuah lagu dan akhirnya dilatihankan bersama. 
Banrego dan Mimit pada saat itu tinggal di Kendari, mereka harus meluangkan waktu. Mengambil cuti sejenak untuk bertemu ide  di Makassar. Ada ibrahim Massidenreng yang memang memiliki kelebihan dalam menghubung-hubungkan manusia dan ide. Moch yang cukup piawai dalam mengatur beberapa kelompok dalam ensambel bertugas merangkai beberapa nada menjadi suatu aransemen menarik untuk didengar dan ditonton. 

Mencipta Lagu Kontra >

Semula ide konsernya digelar dipasar, tapi mengingat beberapa keterbatasan waktu untuk menyiapkan segala kemungkinan. Akhirnya dialihkan ke kampus umi saja. Tapi tema karyanya tetap menyentuh ke masyarakat pasar. Pada saat itu, kejadian tanjung priok berulang lagi. Ada rencana pemindahan warga disana. Berita pada masa itu marak membicarakannya. Akhirnya Iqbal Adam terinspirasi menuangkan gagasan kritiknya tentang kejadian itu. Ia kemudian mengirimkan materi yang direkam di komputer rumahannya dengan mic seadanya saja. Kami sebenarnya cukup terkesima dengan kekuatan lagu ini setelah melalui tahap aransemen oleh teman-teman. Kekuatan vokal dari itto fitriani cukup untuk mewakili peristiwa yang melatar belakangi lagu tersebut. Seperti biasanya, iqbal adam senang dengan aransemen yang sederhana , menurutnya itu sudah mewakili suasana yang ingin disamapaikan oleh lagu tersebut.

Oh ya, kami itu memang ada yang belum pernah tatap muka langsung. Karena kami banyak yang beda angkatan dalam kuliah. Jadi konser kilas balik ini sebenarnya adalah ajang kami untuk saling mengenal melalui media musik dan syair. Ketika pertamakali latihan seolah mereka sudah lama saling kenal. Begitulah cara kerja suatu lembaga yang merupakan kelebihannya. Lembaga memang terikat oleh suatu visi bukan terikat pada suatu hal-hal fisik semata. Kami pun sudah salingmnegenal meskipun belum pernah bertemu muka langsung. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar