Senin, 24 Februari 2014

SOUND di Lingkungan Anda

Lingkungan, individu dan rekayasa…
Berbicara tentang sound maka kita akan berbicara tentang sesuatu yang tak terlihat namun terdengar oleh panca indera pendengaran yakni telinga. Dalam kajian-kajian ilmu fisika, sound dikaitkan dengan sesuatu yang bergetar/beresonansi. Resonansi dari suatu benda tersebut akan terbawa oleh angin sebagai penghantar dan kembali menghasilkan getaran digendang telinga manusia.
Dalam temuan selanjutnya, cahaya dan suara memiliki gelombang dan sangat identik. Kecepatan rambat gelombang diudara ditetapkan sama yaitu 3x 108 m/s. Suara itu timbul dari gesekan-gesekan suatu benda dengan benda lainnya. Atau gesekan yang terjadi oleh zat penghantarnya yaitu udara. Sesuatu yang bergerak akan mengalami gesekan dan secara otomatis menimbulkan bunyi. Dalam ketetapannya, manusia dapat mendengar bunyi pada ambang minimal dan maksimal yang telah ditentukan.
Suara memiliki gelombang dan menghasilkan frekuensi. Frekuensi adalah banyaknya gelombang yang dihasilkan dalam satu detik. Dalam kajian music frekuensi suara disebut dengan nada. Nada adalah suara yang teratur dan indah terdengar oleh manusia. Keindahan atau estetika akan mempengaruhi seseorang dalam melakukan refleksi secara individu. Kajiannya bisa sangat luas, dari kajian seni music hingga psikologi dan social.
Kajian tentang sound atau suara merupakan salah satu bidang rekayasa,spesifik pada rekayasa estetika, kenyamanan hidup (psikologi manusia), semuanya akan saling berpengaruh dalam perkembangan individu dilingkungannya. Sebagai contoh, karakter manusia pada daerah perkotaan dan pedesaan akan berbeda secara umum sesuai dengan keadaan lingkungannya. Sound atau suara termasuk salah satu factor pembentuk manusia didalam lingkungannya. Suasana di desa yang penuh dengan suara alam yang menggambarkan suasana yang akrab dengan kedamaian. Hal itu adalah sebagai gambaran menyatunya alam dan manusia. Hal-hal yang dirindukan kemudian oleh seseorang termasuk mengenai suara-suara tersebut. Suara dalam tulisan ini, adalah bagian dari nuansa/khazanah. Di daerah perkotaan yang sibuk dengan pencarian bentuk rekayasa suasananya akan menawarkan banyak kebisingan-kebisingan yang baru. Kebisingan dalam hal ini noise atau suara yag tidak diinginkan . Dari deru mesin dijalan yang sebelumnya terpaksa diterima sebagai bagian dari lingkungan. Frekuensi deru mesin di kota sebenarnya jauh dari range keindahan yang telah ditentukan.
Namun keadaan di masyarakat perkotaan tersebut adalah sesuatu yang sulit lagi untuk dihilangkan. Oleh karena itu kita memerlukan suatu rekayasa/design yang dapat mengurangi resiko-resiko tersebut. Karena bunyi atau suara di dalam lingkungan kita berpengaruh pada karakter manusia dilingkungannya.
Suara-Suara Yang Tidak Diinginkan”
Suara-suara yang tidak diinginkan terwakili dalam istilah noise. Dalam pengukuran, besaran audio yang sudah tidak nyaman terdengar oleh telinga manusia berada pada range 80 db. Noise-noise yang terdeteksi oleh panca indera akan mempengaruhi cara kerja otak, dan merupakan salah satu penyebab stress. Karena itulah suasana lingkungan ditengah perkotaan sangat berbeda dengan apa yang anda dapatkan di desa. Di dalam kota, apalagi pada jam-jam sibuk, noise akan semakin besar pula. Potensi untuk mengalami ketidaknyamanan akan lebih besar.
Layout rumah di perkotaan berpotensi akan noise. Jalanan-jalanan kecilpun sekelas gang sempit, jika diperkotaan telah dipenuhi dengan deru mesin. Belum lagi ditambah dengan beberapa aktifitas kerja manusia disekitar rumah kita yang menggunakan mesin-mesin. Dalam perencanaan ruang sendiri, hal-hal yang berprespektif audio masih jarang diperhatikan. Perancangan pemukiman/rumah masih dalam tahap visual saja. Pemakaian bahan-bahan untuk mendirikan suatu pemukiman belum meninjau dari kenyamanan manusia dalam mengkonsumsi suara.
Coba saja anda mengamati suasana ketika terjadi pemadaman listrik di seluruh kota. Seketika suasana menjadi tenang meski suara kendaraan masih terdengar. Jadi, hal apa yang menyebabkan demikian. Jawabannya adalah Lampu, yang setaunya adalah benda yang mengeluarkan cahaya, karena cahaya identik dengan bunyi, maka tentu lampu juga memiliki gelombang yang getarannya akan mempengaruhi panca indera manusia. Panca indera manusia tersebut akan bekerja mendeteksi gelombang terus menerus, sadar atau dalam keadaan tak sadar. Otak manusialah yang memprosesnya. Bayangkan saja, hal-hal yang semestinya ditolak untuk diproses oleh otak, karena tidak masuk dalam ketegori kenyamanan manusia, terpaksa memasuki otak kita. Tentu didalam kerja otak, akan ada memori yang bekerja memisahkan beberapa hal-hal tertentu suka atau tak suka.

Begitulah yang terjadi dalam suasana baru yang ditawarkan oleh wilayah perkotaan. Kebisingan mau tak mau akan dialami oleh manusia yang tinggal didalammnya. Karena sulit untuk dihilangkan, maka kita memerlukan rekayasa untuk membuatnya nyaman untuk manusia. Dalam hal ini kita berbicara tentang audio atau suara. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar