Lingkungan,
individu dan rekayasa…
Berbicara
tentang sound maka kita akan berbicara tentang sesuatu yang tak terlihat namun
terdengar oleh panca indera pendengaran yakni telinga. Dalam kajian-kajian ilmu
fisika, sound dikaitkan dengan sesuatu yang bergetar/beresonansi. Resonansi
dari suatu benda tersebut akan terbawa oleh angin sebagai penghantar dan
kembali menghasilkan getaran digendang telinga manusia.
Dalam
temuan selanjutnya, cahaya dan suara memiliki gelombang dan sangat identik.
Kecepatan rambat gelombang diudara ditetapkan sama yaitu 3x 108 m/s. Suara
itu timbul dari gesekan-gesekan suatu benda dengan benda lainnya. Atau gesekan
yang terjadi oleh zat penghantarnya yaitu udara. Sesuatu yang bergerak akan
mengalami gesekan dan secara otomatis menimbulkan bunyi. Dalam ketetapannya,
manusia dapat mendengar bunyi pada ambang minimal dan maksimal yang telah
ditentukan.
Suara
memiliki gelombang dan menghasilkan frekuensi. Frekuensi adalah banyaknya
gelombang yang dihasilkan dalam satu detik. Dalam kajian music frekuensi suara
disebut dengan nada. Nada adalah suara yang teratur dan indah terdengar oleh
manusia. Keindahan atau estetika akan mempengaruhi seseorang dalam melakukan
refleksi secara individu. Kajiannya bisa sangat luas, dari kajian seni music
hingga psikologi dan social.
Kajian
tentang sound atau suara merupakan salah satu bidang rekayasa,spesifik pada
rekayasa estetika, kenyamanan hidup (psikologi manusia), semuanya akan saling
berpengaruh dalam perkembangan individu dilingkungannya. Sebagai contoh,
karakter manusia pada daerah perkotaan dan pedesaan akan berbeda secara umum
sesuai dengan keadaan lingkungannya. Sound atau suara termasuk salah satu
factor pembentuk manusia didalam lingkungannya. Suasana di desa yang penuh dengan
suara alam yang menggambarkan suasana yang akrab dengan kedamaian. Hal itu
adalah sebagai gambaran menyatunya alam dan manusia. Hal-hal yang dirindukan
kemudian oleh seseorang termasuk mengenai suara-suara tersebut. Suara dalam
tulisan ini, adalah bagian dari nuansa/khazanah. Di daerah perkotaan yang sibuk
dengan pencarian bentuk rekayasa suasananya akan menawarkan banyak
kebisingan-kebisingan yang baru. Kebisingan dalam hal ini noise atau suara yag
tidak diinginkan . Dari deru mesin dijalan yang sebelumnya terpaksa diterima
sebagai bagian dari lingkungan. Frekuensi deru mesin di kota sebenarnya jauh
dari range keindahan yang telah ditentukan.
Namun
keadaan di masyarakat perkotaan tersebut adalah sesuatu yang sulit lagi untuk
dihilangkan. Oleh karena itu kita memerlukan suatu rekayasa/design yang dapat
mengurangi resiko-resiko tersebut. Karena bunyi atau suara di dalam lingkungan
kita berpengaruh pada karakter manusia dilingkungannya.
Suara-Suara
Yang Tidak Diinginkan”
Suara-suara
yang tidak diinginkan terwakili dalam istilah noise. Dalam pengukuran, besaran
audio yang sudah tidak nyaman terdengar oleh telinga manusia berada pada range
80 db. Noise-noise yang terdeteksi oleh panca indera akan mempengaruhi cara
kerja otak, dan merupakan salah satu penyebab stress. Karena itulah suasana
lingkungan ditengah perkotaan sangat berbeda dengan apa yang anda dapatkan di
desa. Di dalam kota, apalagi pada jam-jam sibuk, noise akan semakin besar pula.
Potensi untuk mengalami ketidaknyamanan akan lebih besar.
Layout
rumah di perkotaan berpotensi akan noise. Jalanan-jalanan kecilpun sekelas gang
sempit, jika diperkotaan telah dipenuhi dengan deru mesin. Belum lagi ditambah
dengan beberapa aktifitas kerja manusia disekitar rumah kita yang menggunakan
mesin-mesin. Dalam perencanaan ruang sendiri, hal-hal yang berprespektif audio
masih jarang diperhatikan. Perancangan pemukiman/rumah masih dalam tahap visual
saja. Pemakaian bahan-bahan untuk mendirikan suatu pemukiman belum meninjau
dari kenyamanan manusia dalam mengkonsumsi suara.
Coba saja
anda mengamati suasana ketika terjadi pemadaman listrik di seluruh kota.
Seketika suasana menjadi tenang meski suara kendaraan masih terdengar. Jadi,
hal apa yang menyebabkan demikian. Jawabannya adalah Lampu, yang setaunya
adalah benda yang mengeluarkan cahaya, karena cahaya identik dengan bunyi, maka
tentu lampu juga memiliki gelombang yang getarannya akan mempengaruhi panca
indera manusia. Panca indera manusia tersebut akan bekerja mendeteksi gelombang
terus menerus, sadar atau dalam keadaan tak sadar. Otak manusialah yang
memprosesnya. Bayangkan saja, hal-hal yang semestinya ditolak untuk diproses
oleh otak, karena tidak masuk dalam ketegori kenyamanan manusia, terpaksa
memasuki otak kita. Tentu didalam kerja otak, akan ada memori yang bekerja
memisahkan beberapa hal-hal tertentu suka atau tak suka.
Begitulah
yang terjadi dalam suasana baru yang ditawarkan oleh wilayah perkotaan.
Kebisingan mau tak mau akan dialami oleh manusia yang tinggal didalammnya.
Karena sulit untuk dihilangkan, maka kita memerlukan rekayasa untuk membuatnya
nyaman untuk manusia. Dalam hal ini kita berbicara tentang audio atau suara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar