Forum Anak Kabupaten Wajo”
- Mimbar Anak Wajo
Catatan : Sabtu - Minggu 01 Maret...
Dari makassar, naik angkutan luar kota menuju Sengkang Kabupaten wajo, sekitar 5 jam kami tiba di sengkang. Sekitar lapangan merdeka sengkang, tepatnya di wisma Herawati, kami menginap dan telah ditunggu oleh adik-adik panitia. Di perjalanan saya sempat bertanya sama bram, bram memang siapa sebenarnya yang mengatur kegiatan ini berlangsung. Jawaban Bram cukup membuat saya terangguk-angguk, mereka sendiri para anak-anak sebaya SMU itu yang mengatur kegiatannya.
Makanya saya sebenarnya penasaran apa yang terjadi disana, makanya saya mau pergi melihat kegiatan mereka. Ini sangat menarik karena anak-anak pelajar itu, sudah bisa menginisiasi forum-forum diskusi untuk mereka sendiri, para remaja.
Setelah melalui perjalanan yang begitu ketat dengan jalanan berkelok kelok di camba’ maros. Kami tiba disana dengan suasana di sekitar lapangan merdeka, ramai ada semacam kegiatan kepemudaan terjadi disana. Maklum , malam ini , malam minggu.
Malam itu, kami langsung disuguhi menu makan malam, nasi bungkus... Kalau saya merasa-rasa sepertinya ini khas warung padang, karena rasa sambalnya. Sementara itu, kepala rasanya masih nyut-nyut karena mabuk perjalanan darat.
Bram masih di beranda penginapan dengan ketua forum anak wajo, A.Agus, bincang tentang perkembangan forum anak di daerah ini. Sharing pengalaman dan metode kerja tentu penting dalam suatu pergerakan.
Seperti juga pagi di kota lain, minggu pagi di sengkang masih jua didapati, bunyian klakson warung penjaja makanan pagi, tentu tak ketinggalan pemandangan audio yang lazim dari para ibu yang membersihkan halamannya sisa semalam. Menyempatkan diri ke lapangan merdeka merasakan suasana, keluarga bertumpah ruah disana melapangkan diri dengan mengeluarkan keringat, yahh itulah yang dimaksud dengan olahraga, saya kira itu begitu penting.
Mimbar Anak di Buka"
Setelah membersihkan diri dan memenuhi kebutuhan sarapan, rencananya 08.00 persiapan acara segera dilaksanakan di gedung yang tak jauh dari wisma kami menginap. Panitia yang memang diinisiasi oleh para pelajar disana, terlihat sudah sibuk, menghubungi beberapa orang yang terlibat dalam acara ini, sekedar mengingatkan saja kepada mereka bahwa acara forum anak akan segera dimulai di jam yang telah ditentukan. Kegiatan mimbar anak ini menurut ketua forum anak, adalah menyambut pembentukan forum-forum anak di tiap kecamatan. Jadi masing-masing perwakilan pelajar di tiap sekolah dikecamatan akan hadir di tempat ini. Masih saja tentang pengembangan apa yang yang telah dihasilkan, seperti tentang hak anak yang telah tertera juga dalam undang-undang, bagaimana juga mewujudkan kota layak anak. Itu sesuai yang telah dirumuskan bersama.
Sebentar lagi acara dibuka, menunggu kedatangan ibu kepala badan pemberdayaan perempuan dan dinas pendidikan. Dengan melibatkan segala pihak dari atas ke bawah atau sebaliknya, kiranya dapat menjadi pergerakan yang menyenangkan. Kalau membaca beberapa poin misi tentang forum anak di wajo ini, beberapa mungkin kita akan mendapat bayangan tentang peran-peran mereka. Sebagai Influence, Volunter, informer dan container. Anak harus jadi idola, berfungsi advokasi dan penyedia data/informasi serta penggerak dan pencipta ruang untuk anak di kabupaten ini. Nah ibu Kepala Badan sudah hadir di tempat dan segera saja membuka acara.
Kalau mendengar beberapa kata dari sambutan pemerintah, bahwa mereka ini sementara mendorong hak anak ke dalam beberapa aturan. Seperti misalnya bagiamana perencanaan pembangunan, anak-anak remaja dapat dilibatkan dari pengambilan usul dan keputusan. Pembangunan desa/wilayah diharapkan berbasis anak. Memang menurut bincang-bincang, yang menjadi perhatian dan fokus adalah masalah pernikahan dini yang banyak terjadi di anak. Dan itu sebenarnya kita akan berbenturan dengan kultur, tradisi yang sudah berlangsung telah sekian lama. Hanya baru saja dengan beberapa tahun belakangan, ada beberarapa pihak kini mulai sadar dan melakukan penyadaran kepada masyarakat.
Jika pun mengambil dasar bagimana anak berkembang, mereka ada pada intinya tentang bagaimana bermain dan belajar. Kata bermain memang selalu diartikan keliru, itu juga merupakan kendala komunikasi kita, sepertinya pekerjaan rumah bagi semua khususnya para ahli bahasa. Bermain dan Bermain-main, kalau dalam penerapannya memang beda dalam pemaknaan. Anak harus menikmati egala aktifitasnya dalam belajar baik di tingkat formil maupun selainnya. Pelajaran disekolah yang seharusnya diserap dengan baik dan damai, biasanya akan mengalami loss/kehilangan energi, jika metode ajar oleh guru dan sekolah menjadi sangat tidak berspektif terhadap lingkungan anak itu sendiri. Itulah mengapa beberapa pihak dalam pendidikan kita harus diajak untuk melakukan pembenahan dalam pendidikan.
Baguslah kalau semua sudah menjadi sadar betapa pentingnya semua makna yang ada. Siang sudah hampir berlalu, mimbar anak telah memasuki fasilitasi game, ada game bercermin dan menjadi cermin, ada game menjadi kendaraan dan menjadi pengendara. Setelah itu pak Bram sebagai fasilitator menanya kepada mereka tentang apa yang dirasakan dan pendapat mereka tentang game ini. Ini adalah bagian dari pengantar untuk mendorong mereka menjadi konselor di setiap lingkungannya. Hari-hari belakangan ini, metode pendampingan sebaya semakin disebarkan kebeberapa penjuru. Anak-anak tentu pada kenyataanya akan lebih mempercaya pada teman sebayanya dibanding dengan jarak usia dan rentang pengalaman yang cukup jauh dari mereka. Ini menjadi salah satu dorongan untuk memperkenalkan metode pendampingan sebaya kepada para anak.
Materi gender memang tiada habisnya. Sebagai orang yang mengamati, kembali saya menyaksikan untuk sekian kalinya. Dari beberapa diskusi yang saya ikuti dari lorong ke lorong, dari beberapa komunitas, isu ini memang sangat dimiliki oleh semua orang. Suasana gedung di mimbar anak ini begitu panas dan lesunya , ada beberapa pembacaan dan penarikan kesimpulan tentang hak-hak anak. Mereka masih juga datar, tapi ketika pak Bram menceritakan tentang bagaimana seorang perempuan yang akhirnya menjadi pemimpin bangsa, bahwa perempuan dan laki-laki sama posisinya. Ini hanya problem pembagian peran dalam suatu lembaga. Beberapa anak di tempat itu, kemudian mulai berbicara tentang pendapat mereka masing-masing, mulai seri nihh, pass masuk isu gender.
Pertanyaan : diantara undang-undang yang dibacakan tadi, apakah ada yang berbicara tentang permpuan dan laki-laki...?
Seorang anak tiba-tiba menyinggung masalah proklamasi, bahwa dalam teks/naskah proklamasi yang bertanda tangan adalah soekarno hatta/laki-laki. Uihhh bingung dan lucu juga, pikiran mereka sudah sampai di asumsi itu. Dia mengatakan bahwa disitu tercantum atas nama bangsa indonesia “ Soekarno Hatta. Itu menandakan bahwa sejak dahulu laki-laki yang menentukan dan menjadi penggerak. Kakak Bram sebagai fasilitator tersenyum-senyum saja, apakah ada pendapat dari perempuan tentang ini...? Dan suasana semakin serunya lagi. Begitulah kiranya betapa seru, dan bagaimana mereka akan mengenal tentang pendidikan gender, dari remaja memang haruslah segera diinisiasi.
Hingga kegiatan mimbar anak usai hari ini, kami pun segera bercengkrama dan menikmati senja di sungai walanae. Membicarakan tentang beberapa pengalaman, dan apa yang akan diperbuat di masa datang...




Tidak ada komentar:
Posting Komentar